Berikut ini adalah macam-macam motif batik tulis Jogja (juga Solo) klasik yang merupakan warisan kebudayaan Kerajaan
Mataram yang pada saat ini telah diakui sebagai warisan kebudayaan Indonesia
bahkan dunia. Pengakuan yang sangat membanggakan bagi bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia sudah sepantasnya mengenali dan
melestarikan batik sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia.
1. Motif batik tulis Wahyu Temurun
Motif batik Wahyu Temurun merupakan motif batik tulis Jogja klasik yang memiliki motif yang sangat indah. Dalam motif ini
terdapat mahkota terbang dengan sepasang burung yang saling berhadapan. Mahkota
biasa ditambah atau divariasi dengan motif bunga, tumbuh-tumbuhan yang sedang
bersemi (motif semen), atau motif bunga yang bersebaran (truntum).
Motif batik tulis wahyu temurun telah ada
sejak abad ke-14 di wilayah Jogja dan sekitarnya. Motif tambahannya-pun semakin
bervariasi. Semula burung yang sering digunakan adalah merak, yang merupakan
simbol lokal Jogja, berkembang menjadi burung phoenix di Solo yang merupakan
pengaruh kebudayaan Cina.
Secara etimologi (arti kata), motif batik
Wahyu Temurun berarti turunnya berkah. Mahkota yang terdapat dalam motif ini
menggambarkan kemuliaan. Pemakai motif ini diharapkan mendapatkan berkah,
rahmat, anugerah dan kemuliaan yang berlimpah dari Tuhan baik dalam mencapai
cita-cita, kedudukan maupun pangkat.
Sedangkan dalam pernikahan, motif ini
mempunyai makna pengantin mendapatkan berkah secara lahir batin dalam kehidupan
berkeluarga sehingga keluarga pengantin selalu harmonis dan langgeng selama-lamanya.
Motif batik jogja ini menjadi salah satu motif batik yang sering dipakai dalam
upacara pernikahan adat Jawa, terutama dalam prosesi panggih temanten (acara
kedua pengantin ditemukan pada adat pernikahan Jawa).
Proses pembuatan batik tulis motif wahyu
temurun membutuhkan waktu relatif lama, yaitu berkisar antara 2-3 bulan. Bahkan
pada jaman dahulu, para pembatik, pada umumnya para wanita, harus mempunyai
persiapan khusus sebelum membuat sebuah kain batik. Para pembatik harus rela
berpuasa selama 40 hari sebelum memulai proses membatik. Hal inilah yang
membuat batik tulis klasik menjadi produk budaya yang mempunyai makna dan nilai
yang mendalam. Dalam setiap pola batik tulis klasik terdapat doa kepada Sang
Pencipta untuk para pemakainya.
Dalam era modern sekarang ini, motif batik
klasik wahyu temurun, yang dahulu hanya dipakai sebagai jaritan (jarik), telah
lazim digunakan sebagai kemeja pria, rok, jas maupun jenis pakaian dan asesoris
lainnya. Namun, saat menjahit, sangatlah penting untuk diperhatikan posisi
motif mahkota dan burung harus menghadap atas, jangan sampai terbalik
(mengghadap bawah). Apabila dikenakan secara terbalik tentunya maknanya
menjadi tidak sama lagi.
2. Motif batik tulis Sidoasih
Motif ini merupakan motif favorit bagi para calon pengantin. Mengingat makna dan filosofi yang terkandung didalamnya sangat baik.
Motif sidoasih merupakan salah satu
motif kraton. Secara etimologi sidoasih dapat diartikan kasih sayang secara
terus-menerus. Sehingga diharapkan pengantin saling mengasihi sampai akhir
hayat mereka.
Motif batik tulis sidoasih sangat
lazim dikenakan dalam acara pernikahan, terutama dipakai pada malam pengantin. Diharapkan
dengan doa yang terkandung didalamnya, kedua pengantin menjalani hidup baru
mereka dengan penuh kasih sayang yang abadi.
Bahkan pasangan Dian Sastro Wardoyo dan
Indraguna Sutoyo juga mengenakan jaritan dengan motif batik tulis sidoasih
dalam acara pernikahan mereka. Tentunya dengan harapan mereka akan saling
mengasihi dan pernikahan mereka menjadi abadi.
Motif-motif batik tulis Jogja klasik yang
lain:
10. motif mendut
11. motif manggaran
12. motif kipas
13. motif prabu anom
14. motif cuwiri
17. motif truntum
18. motif sidoluhur
19. motif semen romo
20. motif parang
21. motif kawung